Tajukperistiwa.com, Kolaka Timur – Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) SDN 1 Lalowasula, yang seharusnya digunakan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan siswa dan pengembangan sekolah, namun penggunaanya diduga tidak transparan
Hal ini disampaikan salah satu Guru SDN 1 Lalowasula yang enggan disebutkan namanya kepada media ini, Minggu (18/6/23) lalu
Ia mengatakan bahwa sejak bulan Oktober 2022 Kepala Sekolah SDN 1 Lalowasula dilantik sebagai pelaksana tugas hingga Juni 2023, sudah 3 kali pencairan Dana BOS dengan nominal yang berbeda-beda, namun kami sebagai Guru merasa bingung dengan penggunaan Dana BOS tersebut
Bagaimana tidak, pada pencairan dana BOS tahap akhir tahun 2022 lalu, kurang lebih sekitar Rp 27.000.00 dengan item penggunaannya hanya pembuatan sumur Bor manual dengan biaya sekitar Rp.1.500.000, mesin air merk Panasonic dengan harga tidak mencapai Rp. 1.000.000 dan pembuatan jembatan sekolah dengan panjang sekitar 3 meter dan lebar kurang lebih 1 meter diperkirakan menelan anggaran hanya sampai Rp. 3.000.000 sudah termasuk dengan bahan dan biaya tukang
“Dalam pembuatan jembatan sekolah tersebut juga di bantu dengan salah satu guru SDN 1 Lalowasula” Ujarnya
Ia juga membeberkan bahwa untuk penggunaan Dana BOS di SDN 1 Lalowasula tidak pernah dirapatkan dalam rangka merencanakan apa-apa saja kebutuhan sekolah, baik untuk kebutuhan sarana maupun prasarana sekolah.
“Penggunaan dana BOS di sekolah kami terkesan tertutup, kami para guru tidak pernah mengetahui berapa dana BOS yang cair, karena fungsinya rapat itu adalah untuk mengetahui apa saja kekurangan guru didalam kelas” Imbuhnya
Lebih lanjut, dirinya juga mengatakan bahwa Pencairan dana BOS tahap pertama tahun 2023 sekitar bulan Maret kurang lebih Rp, 30.000.000 dan ditambah dengan pencairan baru-baru sekitar Rp. 13.000.000 dengan total Rp. 43.000.000
Menurutnya, anggaran tersebut dengan rincian penggunaannya hanya berupa pembelian Cat tembok sebanyak 10 ember besar dan kecil, itupun yang di Cat hanya di Luarnya saja
“pengadaan jaringan internet jenis atau merk orbit dengan harga kurang lebih hanya Rp. 3.500.000, dimana sejumlah guru tidak bisa mengakses jaringan tersebut karena terkesan disembunyikan paswordnya” jelasnya
Selain itu, ia juga menyoroti terkait papan nama sekolah yang hingga saat ini belum diupayakan oleh Plt kepala sekolah, bahkan meja guru yang dipakai sama dengan meja para murid.
“Untuk ATK Jangan terlalu percaya kalau di beli banyak, misalnya kertas, spidol tidak pernah di bagikan, bukannya kami para guru nda pernah minta tapi dia sembunyikan takut mungkin nanti habis, tinta spidol, lakban dan lain-lain” Katanya
Kata dia, seharusnya didalam perencanaan penggunaan dana BOS semestinya dirapatkan dulu dengan guru-guru lainnya, agar kekurangan guru didalam kelas dapat diakomodir dalam penggunaan dana BOS tersebut. Namun penggunaan dana BOS di SDN Lalowasula terkesan ditutupi.
Sementara itu, Plt Kepala sekolah SDN Lalowasula, Ramadayanti yang ditemuai diruang kerjanya, Senin (19/6/23) lalu mengakui bahwa pencairan Dana BOS tahap akhir atau Oktober 2022 sebesar Rp. 27.000.000 dengan penggunaannya mulai dari pembangunan jembatan sekolah, mesin air hingga sumur bor serta ATK
Katanya untuk tahun 2023 ini dana BOS SDN Lalowasula sudah dua kali pencairan, dimana untuk pecairan pertama sebesar Rp. 30.000.000 dan yang kedua sebesar Rp. 13.000.000
“Penggunaan dan BOS yang sudah dua kali pencairan tersebut digunakan untuk Bayar pajak, bayar buku BPT dari kelas 4,5,dan 6 sekitar 3 juta, bayar pembuatan laporan dan pembuatan soal ulangan, ATK, Pembelian Pulsa Listrik dan pengadaan jaringan internet jenis orbit Telkomsel untuk kapasitas 60 perangkat”Ungkapnya
Kemudian biaya pengisian pulsa orbit Telkomsel dengan anggaran setiap bulannya sebesar Rp. 350.000 yang sudah sesuai dengan perencanaan anggarannya dan selanjutnya pembelian Pipa paralon kurang lebih 6 buah untuk kebutuhan saluran pembuangan WC sekolah
Dirinya juga menyebutkan bahwa untuk pengecetan seluruh gedung sekolah hanya pada bagian luarnya, dengan menggunakan cat besar sebanyak sepuluh buah, namun ia tidak mengetahui secara pasti merk cat yang digunakan
“untuk pengadaan buku kurikulum dan buku BTK sebesar Rp. 6.000.000 dan semua kebutuhan sekolah waktu kita rapat sudah disampaikan apa kebutuhnnya”Tuturnya
Terakhir, Ramadayanti juga membantah jika jaringan internet di SDN Lalowasula tidak bisa diakses sebagian guru
“kalau agak jauh tempatnya memang tidak bisa, tetapi kalau kita pelatihan semua guru bisa gunakan”katanya
Sampai berita ini ditayangkan, media ini masih akan melakukan konfirmasi ulang dibeberapa pihak terkait penggunaan dana BOS SDN 1 Lalowasula
Laporan : Jumran Jumadi